Jumat, 14 Desember 2012
Selasa, 04 Desember 2012
GALUGA DALAM SAJAK-SAJAK
Di ujung senja
aku terlahir ke dunia
Menyapa dunia
dengan tangis
Terselimut
hangat pangkuan sang ibu
Aku tak sadar
dengan itu semua
Tak ada
kesadaran. Dan tak ada bayangan
Enam tahun aku menapaki bumi yang bingung
Menjadi
anak-anak yang menyibukan waktunya dengan bermain
Menyibukan
waktunya dengan belajar
Dan di ujung
sana, aku melihat temanku yang termangu tak sekolah
Aku bingung harus
melakukan apa kala itu.
Melihatnya menangis
di ujung tembok yang kokoh
Sementara
tanganku lunglai untuk mengangkatnya.
Aku harus
bagaimana?
Dua belas tahun
aku menggoda bumi
Menggoda para
penghuninya agar tertarik
Menggodanya
agar cinta
Dan aku melamarnya
untuk berbagi dengan dia.
Tapi lagi-lagi
godaanku membentur tembok ketidak pedulian
Sembilan belas
tahun aku mencoba mencintai dunia
Dan membelainya
setiap kala mau tertidur
Mencoba
memeluknya dalam semu
Agar
penghuninya sadar akan jarinya yang tertinggal
Tapi lagi-lagi
cintaku tak cukup menggoyahkan kepeduliannya
Dan kini aku
mencoba menarik pelangi agar turun menghampar dibumi
Memberikan
keindahan bagi para pemikir
Bagi para
penguasa
Bagi para
bangsawan
Dan orang yang
ingin menjadi manusia
Agar dia
menumbuhkan kepeduliannya.
Aku termangu
kala surya mulai menyapa
Memandangi
orang-orang yang berjalan tanpa seragam
Memandangi
orang-orang yang sibuk dengan gitar
Memandangi
orang-orang yang sibuk dengan kepalsuan menebar janji
Sementara ia
tinggalkan kala memeluk surya
Aku heran, dan
menyusuri bumi yang telanjang di sebuah desa
Ratusan orang
gergelut dengan kotor
Ratusan orang
tanpa pendidikan
Puluhan orang
sakit tanpa pengobatan medis
aku bingung
harus berbuat apa?
Dua puluh satu
tahun aku menjelajahi bumi telanjang di sebuah desa
Memandangi
pernak pernik kehidupan yang jauh dari asa
Memandangi
corak kehidupan yang kelabu
Mendengar
tangis daging tak bertulang dari kerongkongan kecil
Melihat
jalan-jalan yang hancur
Dan mendengar
jeritan ibu-ibu yang terjatuh dari motor karena becek
Aku termangu
memandangi itu semua.
Sementara di keramaian sana ada yang berkata dengan balutan baju
rapih;
“desa kita akan
dibangun, jalan-jalan akan segera dilapisi permadi beton
Pelayanan
kesehatan akan segera dibangun
Pendidikan akan
segera ditingkatkan
Janda-janda tua
akan diberi santunan
Asalkan saya
dijadikan bapak lagi, oleh para sodara”
Udara pesta
janji dalam semu
Dan sang anak
menegur janji sang bapak
“hai bapaku
yang lupa dengan anaknya.
Dahulu engkau
berkata seperti itu
Tapi mana
pembuktian perkataanmu?
Dan kini engkau
kembali mengulangi janjimu kepada aku
Aku tak percaya
lagi denganmu.
Dan aku akan
segera mencari bapaku yang baru
Bapaku yang akan
menyayangiku
Bapaku yang
lebih muda darimu”
Peri pesta tari
di atas langit
Awan menangis
mendengar jeritan sang anak
Dan bidadari
turun mengabarkan
“anak-ku
tercinta.
Kelak aka nada
sang bapak yang akan menyangimu
Sang bapak yang
peduli denganmu
Sang bapak yang
sangat mencintaimu sepenuhnya”
Gejolak
bergemuruh dalam dada sang anak
Melukis ombak
dalam dada
Menabur Tanya
dalam daging tak bertulang
“siapa dia
wahai bidadari?”
Senyum
mengembang, melukis bibir indah sang peri
Hujahan jawaban
menyiram kalbu sang anak yang bergejolak
“anak-ku dia
akan datang tahun ini
Dia masih muda
Dia masih
berguru dalam peraduan ilmu
Dan dia berasal
dari ujung persinggahanmu
Kedantangnnya
akan ditandai dengan senyum mengembang dalam gambar
Itulah dia.
Dialah yang
akan menjadi bapakmu kelak
Bapak yang akan
menyangi dan peduli dengamu.”
Dia bertanya?
Kapan dia akan
datang?
Sang peri hanya
menjawab
Takan lama
lagi.
Wardi wardiansyah, 25 November 2012
GALUGA DALAM SAJAK-SAJAK
SAJAK REMBULAN TERASING.
aku menunggu untuk segera bisa tampil
untuk segera bernyanyi, menari dan berdendang dengan riang
untuk bisa mengajak berjoget dengan cahaya kebahagiaan
............................................................
kenapa engkau tak memberiku kesempatan
kenapa engkau kaburkan pandanganku sehingga ngeblur dan bias
lantas kapan giliranku, kapan?
aku ingin segera bernyanyi. tapi engkau halangi dengan congkak
sinarmu
aku ingin segera menari, tapi kau halangi dengan rambut gelap tebalmu
aku ingin segera mengajaknya berjoget, tapi kau tak menemaniku
kenapa kau selalu begitu. begitu tak menyukaiku
lantas kapan giliranku? kapan?
apa aku harus menyamar menjadimu, untuk bisa tampil?
tapi aku bukan dirimu, dan aku tak bisa menjadi sepertimu
apa aku harus menunggu sampai kau sadar kalau aku menunggumu?
tapi sampai kapan?
aku diberi masa, yang terhitung jari.
kapan aku menunggu giliranku, untuk mengajaknya berjoget?
apa aku harus bermimpi, agar aku bisa tampil bersamamu?
tapi kau kenapa menghamburkan mimpiku. dengan tangismu yang membasahi
bumi?
apa aku hanya bisa mengintip dibalik awan, dan tersendu?
lantas kau mau bahagia dengan yang lain?
kapan giliranku? aku dibatasi masa.
baiklah. kalau kau terus menghalangiku. aku akan pergi.
aku akan beradu kepadaNya. kalau aku tak diberi kesempatan
baiklah aku akan menenggelamkan diriku dalam peraduan keterasingan.
tapi aku doakan semoga kau abadi menyinari kebahagiaan mereka
dan kau bahagia dengannya.
Wardi wardiansyah, 19 November 2012
Sabtu, 01 Desember 2012
PELATIHAN MEMBUAT FILM, KOMPUTER DAN INTERNET
JADWAL PELATIHAN MEMBUAT FILM, KOMPUTER DAN INTERNET
GALUGA EDUCATION CENTER
SETIAP HARI MINGGU
Jam 09:00-11:00
GALUGA EDUCATION CENTER
SETIAP HARI MINGGU
Jam 09:00-11:00
KURSUS BAHASA INGGRIS; PROGRAM MINGGUAN GEC
JADWAL KURSUS BAHASA INGGRIS
GALUGA EDUCATION CENTER
KAMIS
Jam Ke-1 : 08:00-09:30
Jam Ke-2 : 13:00-14:30
jam Ke-3 : 16:00-17:00
SABTU
Jam Ke-1 : 13:30-14:30
jam Ke-2 : 16:00-17:00
GALUGA EDUCATION CENTER
KAMIS
Jam Ke-1 : 08:00-09:30
Jam Ke-2 : 13:00-14:30
jam Ke-3 : 16:00-17:00
SABTU
Jam Ke-1 : 13:30-14:30
jam Ke-2 : 16:00-17:00
MENGAPA GEC DIDIRIKAN
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia kala menjajaki langkah kaki di muka bumi ini. Karena dengan pendidikan
kita dapat menentukan langkah dengan lebih terarah dan tidak keluar dari rel-rel
syariat islam, serta dapat menjaga norma-norma dan tidak melampaui batas.
Akan tetapi penomena saat ini menunjukan bahwa pendidikan menjadi hal yang
sangat tabu dan susah untuk dijamah oleh kaum menengah kebawah. Itu dibuktikan
dengan banyaknya anak-anak yang belum mengenyam pendidikan. Penyebab utama dari
putus atau bahkan tidak sekolahnya anak-anak bukan karena mereka tidak
mempunyai motivasi diri, akan pentingnya pendidikan. Akan tetapi kebanyakan
mereka tidak sekolah karena tidak adanya biaya, dan sampai akhirnya mereka
berfikir sangat sulit untuk megenyam pendidikan dan akhirnya seiring waktu
mereka menyampingkan pendidikan. Baik pendidikan yang secara formal ataupun
nonformal.
Oleh melihat kondisi yang terangkum sedikit di atas dapatlah
diambil sempel dari Desa Galuga, yang dimana pendidikan masih belum mejadi
perhatian utama dalam cita mewujudkan tatanan Sumber Daya Manusia yang mumpuni.
Baik dari kalangan orang tua sampai kalangan aparat pemerintahan setempat.
Renungan membawa pada sebuah pemikiran akan pentingnya
membangun tatanan sumber daya manusia lewat pendidikan. Maka kami selaku pemuda
dan pemudi desa galuga berinisiatif membentuk sebuah perkumpulan yang tergabung
dalam GALUGA EDUCATION CENTER, mencoba meraih
asa dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia lewat basis pendidikan
informal.
Akan tetapi niat suci itu tidaklah akan mencapai titik
keberhasilan yang baik tanpa ada dukungan dari para ibu-ibu, bapak-bapak,
saudara/i, para tokoh agama, dan para tokoh masyarakat. Kami mengharapkan
sumbangsinya baik dalam bentuk pemikiran, nasihat dan hal lainnya yang
berkaitan dengan perogram yang akan kami jalankan dalam tubuh Galuga Educaton Center ini. Semoga
dengan adanya program seperti ini membawa angin segar bagi peningkatan Sumber
Daya Manusia khususnya bagi Galuga kedepan. Amin.
Kamis, 29 November 2012
KONSEP PENDIDIKAN IBN JAMA’AH
Konsep pendidikan yang di kemukakan oleh Ibn Jama’ah secara keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami’ Wa Al-mutakallimin fi adab al-Alim wa al-Muta’allimin. Di dalam buku tersebut ibn Jama’ah mengemukakan tentang keutamaan ilmu pengetahuan dan orang-orang yang mencarinya serta etika orang yang berilmu termasuk para pendidik ; kewajiban guru terhadap peserta didik, mata pelajaran, etika peserta didik, etika dalam menggunakan literatur serta etika tempat tinggal bagi para guru dan murid. Berikut uraianya :
1. Konsep Guru / Ulama’
Menurut Ibn Jama’ah bahwa guru sebagai ulama’ mikrokosmos manusia dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluq terbaik.
Dalam hal ini Ibn jama’ah menawarkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi seseorang yang akan menjadi guru. Yakni :
1.1. Menjaga akhlaq selama melaksanakan tugas pendidikan
1.2. Tidak menjadikan profesi guru sebagai usaha untuk menutupi ekonominya.
1.3. mengetahui situasi sosial kemasyarakatan.
1.4. Kasih sayang dan sabar.
2. Peserta didik
Manurut ibn jama’ah, peserta didik yang baik adalah peserta yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih, memutuskan dan mengusahakan tindakan-tindakan belajar dengan mandiri, baik yang berkaitan dengan aspek fisik, pikiran, sikap maupun perbuatan.
3. Materi Pelajaran / Kurikulum
Materi pel;ajaran yang dikemukakan oleh ibn jama’ah terkait dengan tujuan belajar yaitu semata-mata untuk menyerahkan diri kepada Allah. Tujuan semacam inilah yang merupakan esensi dari tujuan pendidikan Islam yang sesunggunya.
Terkait dengan tujuan tersebut, maka materi pelajaran yang diajarkan harus berkaitan dengan etika dan nilai-nilai spiritualitas. Sedangkan urutan mata pelajaran yang dikemukakan oleh ibn Jama’ah adalah sebagai berikut : Pelajaran Al-Qur’an, tafsir, hadits, ulumul hadits, ushul fiqh nahwu dan shorof.
Apabila dibedakan berdasarkan muatan materi dan kurikulum yang dikembangkan ibn jama’ah kiranya ada dua hal yang dipertimbangkan. Pertama, Kurikulum dasar yang menjadi acuan dan paradigma pengembangan disiplin lainya. Kurikulum ini secara secara konkret dijelaskan dengan kurikulum agama dan bahasa. Kedua, kurikulum pengembangan yang berkenaan dengan dengan mata pelajran non agama, tetapi tinjauan yang dipakai adlah kurikulum yang pertama diatas.
4. Metode Pembelajaran
Pada tingkatan metode pembelajaran, Ibn Jama’ah lebih menekankan pada metode hafalan, karena metode hafalan sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebab, ilmu diperoleh bukan dari tulisan di buku melainkan dengan pengulangan secara terus menerus.
5. Lingkungan Pendidikan
Menurutnya, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang didalamnya mengandung pergaulan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis.
1. Konsep Guru / Ulama’
Menurut Ibn Jama’ah bahwa guru sebagai ulama’ mikrokosmos manusia dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluq terbaik.
Dalam hal ini Ibn jama’ah menawarkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi seseorang yang akan menjadi guru. Yakni :
1.1. Menjaga akhlaq selama melaksanakan tugas pendidikan
1.2. Tidak menjadikan profesi guru sebagai usaha untuk menutupi ekonominya.
1.3. mengetahui situasi sosial kemasyarakatan.
1.4. Kasih sayang dan sabar.
2. Peserta didik
Manurut ibn jama’ah, peserta didik yang baik adalah peserta yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih, memutuskan dan mengusahakan tindakan-tindakan belajar dengan mandiri, baik yang berkaitan dengan aspek fisik, pikiran, sikap maupun perbuatan.
3. Materi Pelajaran / Kurikulum
Materi pel;ajaran yang dikemukakan oleh ibn jama’ah terkait dengan tujuan belajar yaitu semata-mata untuk menyerahkan diri kepada Allah. Tujuan semacam inilah yang merupakan esensi dari tujuan pendidikan Islam yang sesunggunya.
Terkait dengan tujuan tersebut, maka materi pelajaran yang diajarkan harus berkaitan dengan etika dan nilai-nilai spiritualitas. Sedangkan urutan mata pelajaran yang dikemukakan oleh ibn Jama’ah adalah sebagai berikut : Pelajaran Al-Qur’an, tafsir, hadits, ulumul hadits, ushul fiqh nahwu dan shorof.
Apabila dibedakan berdasarkan muatan materi dan kurikulum yang dikembangkan ibn jama’ah kiranya ada dua hal yang dipertimbangkan. Pertama, Kurikulum dasar yang menjadi acuan dan paradigma pengembangan disiplin lainya. Kurikulum ini secara secara konkret dijelaskan dengan kurikulum agama dan bahasa. Kedua, kurikulum pengembangan yang berkenaan dengan dengan mata pelajran non agama, tetapi tinjauan yang dipakai adlah kurikulum yang pertama diatas.
4. Metode Pembelajaran
Pada tingkatan metode pembelajaran, Ibn Jama’ah lebih menekankan pada metode hafalan, karena metode hafalan sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebab, ilmu diperoleh bukan dari tulisan di buku melainkan dengan pengulangan secara terus menerus.
5. Lingkungan Pendidikan
Menurutnya, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang didalamnya mengandung pergaulan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis.
KONSEP PENDIDIKAN AZZARNUJI
Konsep yang dikemukakan Azzarnuji secara monumental dituangkan dalam karyanya Ta’lil Al-Muta’allim Thuruq Al-Ta’allum. Dari kitab tersebut dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Az-Zarnuji. Secara umum kitab ini mencakup tiga belas pasal yang singkat-singkat, yaitu :
1. Pengertian ilmu dan keutamaanya
2. Niat kala belajar
3. Memilih ilmu, guru dan teman serta ketabahan dalam belajar.
4. Menghormati ilmu dan ulama’
5. Ketekunan, kontinuitas dan cita-cita luhur.
6. Permulaan dan intensitas belajarserta tata tertibnya.
7. Tawakkal kepada Allah
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan memberi nasihat
10. Mengambil pelajaran
11. Wara (menjaga diri dari yang haram dan subhat)
12. Penyebab hafal dan lupa
13. Masalah rezeki dan umur.
1. Pengertian ilmu dan keutamaanya
2. Niat kala belajar
3. Memilih ilmu, guru dan teman serta ketabahan dalam belajar.
4. Menghormati ilmu dan ulama’
5. Ketekunan, kontinuitas dan cita-cita luhur.
6. Permulaan dan intensitas belajarserta tata tertibnya.
7. Tawakkal kepada Allah
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan memberi nasihat
10. Mengambil pelajaran
11. Wara (menjaga diri dari yang haram dan subhat)
12. Penyebab hafal dan lupa
13. Masalah rezeki dan umur.
KONSEP PENDIDIKAN AL-GHOZALI
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan penidikan, kurikulum, metode, etika guru dan murid. Berikut uraianya :
1. Tujuan Pendidikan
a. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah.
b. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia akhirat.
2. Kurikulum
Menurut Al-Ghozali, konsep mata pelajaran yang seharusnya diajarkan dan masuk kedalam kurikulum didasarkan pada dua kecenderungan sebagai berikut :
a. Kecenderungan agama dan tasawuf.
b. Kecenderungan pragmatis
3. Metode Pengajaran.
Perhatian Al-Ghozali dalam bidang metode ini lebih ditujukan pada metode khusus bagi pengajaran agama anak-anak. Untuk itu ia mencotohkan sebuah metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan diri mereka. Pada metode pengajaran Al-Ghozali lebih di tekankan pada pembentukan moral yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan agama.
4. Kriteria guru yang baik.
Menurut Al-Ghozali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akalnya dan fisiknya..
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru, seorang guru pun harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
a. Kalau praktek mengajar dan peyuluhan maka sifat yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang
b. Seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya.
c. Seorang guru hendaknya berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur.
d. Seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekersan, cacian, makian dan sebagainya.
e. Sorang guru harus tampil sebagai teladan atau panutan di hadapan muridnya.
f. Seorang guru harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual, dan memperlakukan sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki
muridnya itu.
5. Sifat Murid Yang Baik
Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Dengan dasar pemikiran ini maka seorang murid yang baik dalah murid yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Seorang murid harus berjiwa bersih.
b. Seorang murid yang baik juga harus menjauhkan diri dari persoalan duniawi, mengurangi keterikatan dengan dunia agar tidak mengganggu lancarnya penguasaan ilmu.
c. Seorang murid hendaknya bersikap rendah hati.
1. Tujuan Pendidikan
a. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah.
b. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia akhirat.
2. Kurikulum
Menurut Al-Ghozali, konsep mata pelajaran yang seharusnya diajarkan dan masuk kedalam kurikulum didasarkan pada dua kecenderungan sebagai berikut :
a. Kecenderungan agama dan tasawuf.
b. Kecenderungan pragmatis
3. Metode Pengajaran.
Perhatian Al-Ghozali dalam bidang metode ini lebih ditujukan pada metode khusus bagi pengajaran agama anak-anak. Untuk itu ia mencotohkan sebuah metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan diri mereka. Pada metode pengajaran Al-Ghozali lebih di tekankan pada pembentukan moral yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan agama.
4. Kriteria guru yang baik.
Menurut Al-Ghozali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akalnya dan fisiknya..
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru, seorang guru pun harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
a. Kalau praktek mengajar dan peyuluhan maka sifat yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang
b. Seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya.
c. Seorang guru hendaknya berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur.
d. Seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekersan, cacian, makian dan sebagainya.
e. Sorang guru harus tampil sebagai teladan atau panutan di hadapan muridnya.
f. Seorang guru harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual, dan memperlakukan sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki
muridnya itu.
5. Sifat Murid Yang Baik
Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Dengan dasar pemikiran ini maka seorang murid yang baik dalah murid yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Seorang murid harus berjiwa bersih.
b. Seorang murid yang baik juga harus menjauhkan diri dari persoalan duniawi, mengurangi keterikatan dengan dunia agar tidak mengganggu lancarnya penguasaan ilmu.
c. Seorang murid hendaknya bersikap rendah hati.
KONSEP PENDIDIKAN IBNU SINA
Pemikiran Ibn Sina dalam hal pendidikan antara lain berkenan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, guru dan pelaksanaan hukuman dalam pendidikan.
1. Tujuan Pendidikan
Menurut ibn Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembanganya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, pendidikan harus mampu untuk mempersiapkan seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Khusus mengenahi pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan. Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang dikemukkan oleh ibn Sina didasarkan pada pandangan tentang insan kamil (manusia sempurna). Yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh.
2. Kurikulum
Konsep Kurikulum yang dibangun oleh Ibn Sina didasarkan pada perkembangan usia anak didik. Misalnya untuk usia 3 sampai 5 tahun diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian. Selanjutnya, kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun mencakup pelajaran membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, pelajaran agama, syair dan pelajaran olahraga. Sedangkan kurikulum untuk anak 14 tahun ke atas di bagi menjadi dua, yaitu : pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Materi yang bersifat teoritis meliputi : ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan, hewan, kedokteran, astrologi, kimia, yang secara keseluruhan tergolong ilmu-ilmu fisika. Selain itu, juga terdapat ilmu matematika, dan ketuhanan. Selanjutnya, untuk materi yang bersifat praktis adalah ilmu akhlaq, pengurusan rumah tangga, politik. Dari uraian tersebut, tampak bahwa konsep kurikulum yang ditawarkan ibn Sina memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Konsep kurikulum ibn Sina tidak hanya terbatas pada pada sekedar penyusunan sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasan tentang tujuan dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan.
b. Strategi penyusunan kurikulum juga didasarkan pada peikiran yang bersifat pragmatis fungsional.
c. Strategi pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak dipengaruhi oleh pengalaman dalam dirinya.
3. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang ditawarkan ibn Sina antar lain metode talqin (mengjarkan Al-Qur’an dengan cara memperdengarkan), demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang, dan penugasan.
4. Konsep Guru
Konsep yang ditawarkan oleh Ibn Sina berkisar tentang guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara pendidik akhlaq, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya.
5. Konsep Hukuman dan Pengajaran
Ibnu sina pada dasarnya tidak berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Ibn Sina menyadari bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingin disayang, tidak suka diperlakukan kasar.
1. Tujuan Pendidikan
Menurut ibn Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembanganya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, pendidikan harus mampu untuk mempersiapkan seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Khusus mengenahi pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan. Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang dikemukkan oleh ibn Sina didasarkan pada pandangan tentang insan kamil (manusia sempurna). Yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh.
2. Kurikulum
Konsep Kurikulum yang dibangun oleh Ibn Sina didasarkan pada perkembangan usia anak didik. Misalnya untuk usia 3 sampai 5 tahun diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian. Selanjutnya, kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun mencakup pelajaran membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, pelajaran agama, syair dan pelajaran olahraga. Sedangkan kurikulum untuk anak 14 tahun ke atas di bagi menjadi dua, yaitu : pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Materi yang bersifat teoritis meliputi : ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan, hewan, kedokteran, astrologi, kimia, yang secara keseluruhan tergolong ilmu-ilmu fisika. Selain itu, juga terdapat ilmu matematika, dan ketuhanan. Selanjutnya, untuk materi yang bersifat praktis adalah ilmu akhlaq, pengurusan rumah tangga, politik. Dari uraian tersebut, tampak bahwa konsep kurikulum yang ditawarkan ibn Sina memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Konsep kurikulum ibn Sina tidak hanya terbatas pada pada sekedar penyusunan sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasan tentang tujuan dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan.
b. Strategi penyusunan kurikulum juga didasarkan pada peikiran yang bersifat pragmatis fungsional.
c. Strategi pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak dipengaruhi oleh pengalaman dalam dirinya.
3. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang ditawarkan ibn Sina antar lain metode talqin (mengjarkan Al-Qur’an dengan cara memperdengarkan), demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang, dan penugasan.
4. Konsep Guru
Konsep yang ditawarkan oleh Ibn Sina berkisar tentang guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara pendidik akhlaq, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya.
5. Konsep Hukuman dan Pengajaran
Ibnu sina pada dasarnya tidak berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Ibn Sina menyadari bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingin disayang, tidak suka diperlakukan kasar.
KONSEP PENDIDIKAN AL-MAWARDI
Pemikiran Al-Mawardi dalam bidang pendidikan sebagian besar terkonsentrasikan pada masalah etika hubungan antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan Al-Mawardi, seorang guru yang memiliki sikap tawadlu (rendah hati) serta menjauhi sikap ujub (besar kepala). Selanjutnya, selain sikap tawadlu juga harus bersikap ihlas serta mencintai tugas-tugasnya sebagai seorang guru. Al-Mawardi juga melarang seorang mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonmi. Dalam pandanganya, menajar dan mendidik merupakan aktifitas keilmuan dan tidak dapat disejajarkan dengan materi. Dalam hal ikhlas, sorang guru diharapkan untuk dapat melaksanakan tugsnya dengan profesional. Hal ini ditandai oleh beberapa sikap sebagai berikut :
1. Selalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan gna mendukung pelaksanaan proses belajar mengjajar.
2. Disiplin terhadap peraturan waktu
3. Penggunaan waktu luang akan diarahkan untuk kepentingan profesionalnya.
4. Ketekunan dan keuletan dalam menjalankan tugasnya.
5. Memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi.
1. Selalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan gna mendukung pelaksanaan proses belajar mengjajar.
2. Disiplin terhadap peraturan waktu
3. Penggunaan waktu luang akan diarahkan untuk kepentingan profesionalnya.
4. Ketekunan dan keuletan dalam menjalankan tugasnya.
5. Memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi.
KONSEP PENDIDIKAN AL-QABISI
Selain ahli dalam bidang hadits dan fiqh, Al-Qabisi juga di kenal ahli dalam pendidikan.
Hal ini dapat diketahui mealui beberapa pemikiranya dibawah ini :
1. Pendidikan Anak-anak
Al-Qabisi memiiki perhatian yang besar terhdap pendidikan anak-anak yang berlangsung di kutab-kutab. Menurut beliau mendidik anak-anak merupakan upaya yang amat setrategis dalam rangka menjaga kelangsungan bangsa dan negara. Adapun instrumen penting dalam mendidik anak adalah guru yang tidak hanya menguasai berbagai materi pelajaran dan cara penyampaian, lebih dari itu juga di barengi dengan budi pekerti yang mulia dan mempunyai teladan baik
2. Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Al-Qabisi adalah pendidikan mampu untuk menumbuh kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar serta mampu untuk membekali anak dengan kertampilan dan keahlian yang nantinya dapat mendukung kemampuan dalam mencari nafkah.
3. Kurikulum
Dilihat dari sisi pelaran (kurikulum) yang di ajarkan kepada anak didik, Al-Qabisi membagi kurikulum kedalam dua bagian, dengan uraian sebagai berikut :
- Kurikulum Ijbari
Kurikulum ijbari secara harfiah berarti kurikulum yang merupakan keharusan bagi setiap anak. Kurikulum ini terdiri dari kandungan ayat-ayat Al-Qur’an seperti sembahyang dan do’a - do’a, ditambah dengan penguasaan terhadap ilmu nahwu dan bahasa arab yang keduanya merupakan persyaratan mutlak untuk memantabkan bacaan Al-Qur’an, tulisan dan hafalan Al-Qur’an.
- Kurikulum Ihtiyari
Kurikulum ini berisi ilmu hitung dan seluruh ilmu nahwu, bahasa arab, syair, kisah-kisah masyarakat Arab, sejarah islam, ilmu nahwu dan bahasa arab lengkap.
Dalam kurikulum ini, Al-Qabisi lebih menekankan pada materi tentang ketrampilan yang dapat menghasilkan produksi kerja dan mampu membiayai hidupnya dimasa yang akan datang.
4. Metode dan Tehnik Belajar
Selain membicarakan tentang kurikulum, Al-Qabisi juga berbicara tentang metode dan tehnik mempelajari mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Misalnya tentang metode menghafal Al-Qur’an, menurut beliau menghfal dan menulis Al-Qur’an ditetapkan atas pemilihan waktu yang terbaik yaitu pada waktu pagi-pagi selama seminggu terus menerus dan bari istirahat sejak waktu setelah dhuhur hari kamis sampai hari jum’at. Kemudian belajar lagi pada hari sabtu pagi hingga minggu berikutnya. Dan Al-Qabisi juga sangat detail dalam memperhatikan waktu.
5. Percampuran Belajar Antara Murid Laki-laki dan Perempuan
Percampuran belajar antara laki-laki dan perempuan juga menjadi perhatian Al-Qabisi. Beliau tidak setuju jika ada percampuran karena tidak baik bagi anak-anak. Jika ditelisik secara seksama, anak remaja yang mengalami fase puberts masih belum memliki ketenangan jiwa dan dihawatirkan adanya kerusakan pada moral.
6. Demokrasi dalam pendidikan
Dalam hal ini Al-Qabisi mempunyai pandangan bahwa anak-anak yang masuk dalam kuttab tidak ada perbedaan derajat atau martabat. Baginya, pendidikan adalah hak setiap orang tanpa menutup pengecualian. Untuk mendukung terlaksananya demokrasi, Al-Qabisi menganjurkan agar orang-orang Islam yang berkemampuan material hendaknya mau membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.
Hal ini dapat diketahui mealui beberapa pemikiranya dibawah ini :
1. Pendidikan Anak-anak
Al-Qabisi memiiki perhatian yang besar terhdap pendidikan anak-anak yang berlangsung di kutab-kutab. Menurut beliau mendidik anak-anak merupakan upaya yang amat setrategis dalam rangka menjaga kelangsungan bangsa dan negara. Adapun instrumen penting dalam mendidik anak adalah guru yang tidak hanya menguasai berbagai materi pelajaran dan cara penyampaian, lebih dari itu juga di barengi dengan budi pekerti yang mulia dan mempunyai teladan baik
2. Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Al-Qabisi adalah pendidikan mampu untuk menumbuh kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar serta mampu untuk membekali anak dengan kertampilan dan keahlian yang nantinya dapat mendukung kemampuan dalam mencari nafkah.
3. Kurikulum
Dilihat dari sisi pelaran (kurikulum) yang di ajarkan kepada anak didik, Al-Qabisi membagi kurikulum kedalam dua bagian, dengan uraian sebagai berikut :
- Kurikulum Ijbari
Kurikulum ijbari secara harfiah berarti kurikulum yang merupakan keharusan bagi setiap anak. Kurikulum ini terdiri dari kandungan ayat-ayat Al-Qur’an seperti sembahyang dan do’a - do’a, ditambah dengan penguasaan terhadap ilmu nahwu dan bahasa arab yang keduanya merupakan persyaratan mutlak untuk memantabkan bacaan Al-Qur’an, tulisan dan hafalan Al-Qur’an.
- Kurikulum Ihtiyari
Kurikulum ini berisi ilmu hitung dan seluruh ilmu nahwu, bahasa arab, syair, kisah-kisah masyarakat Arab, sejarah islam, ilmu nahwu dan bahasa arab lengkap.
Dalam kurikulum ini, Al-Qabisi lebih menekankan pada materi tentang ketrampilan yang dapat menghasilkan produksi kerja dan mampu membiayai hidupnya dimasa yang akan datang.
4. Metode dan Tehnik Belajar
Selain membicarakan tentang kurikulum, Al-Qabisi juga berbicara tentang metode dan tehnik mempelajari mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Misalnya tentang metode menghafal Al-Qur’an, menurut beliau menghfal dan menulis Al-Qur’an ditetapkan atas pemilihan waktu yang terbaik yaitu pada waktu pagi-pagi selama seminggu terus menerus dan bari istirahat sejak waktu setelah dhuhur hari kamis sampai hari jum’at. Kemudian belajar lagi pada hari sabtu pagi hingga minggu berikutnya. Dan Al-Qabisi juga sangat detail dalam memperhatikan waktu.
5. Percampuran Belajar Antara Murid Laki-laki dan Perempuan
Percampuran belajar antara laki-laki dan perempuan juga menjadi perhatian Al-Qabisi. Beliau tidak setuju jika ada percampuran karena tidak baik bagi anak-anak. Jika ditelisik secara seksama, anak remaja yang mengalami fase puberts masih belum memliki ketenangan jiwa dan dihawatirkan adanya kerusakan pada moral.
6. Demokrasi dalam pendidikan
Dalam hal ini Al-Qabisi mempunyai pandangan bahwa anak-anak yang masuk dalam kuttab tidak ada perbedaan derajat atau martabat. Baginya, pendidikan adalah hak setiap orang tanpa menutup pengecualian. Untuk mendukung terlaksananya demokrasi, Al-Qabisi menganjurkan agar orang-orang Islam yang berkemampuan material hendaknya mau membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.
KONSEP PENDIDIKAN IBNU MISKAWAIH
Konsep Pendidikan Ibn Miskawaih
Pada dasarnya untuk memahami pemikiran Ibn Miskawaih tentunya tidak bisa dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlaq. Berikut uraianya :
1. Konsep Manusia
Ibnu Maskawaih memandang bahwa manusia sebagai makhluq yang memiliki macam-macam daya. Yaitu :
a. Daya nafsu (Sebagai daya terendah yang berasal dari unsur materi)
b. Daya berani (Sebagai daya tengah yang juga berasal dari unsur materi )
c. Daya berpikir (Sebagai daya tertinggi yang berasal dari ruh Tuhan)
Dari beberapa pembagian tentang manusia tersebut, ibn Miskawaih mempunyai pandangan bahwa daya nafsu dan daya berani akan hacur bersama badan, akan tetapi daya berpikir tidak akan pernah mengalami kehancuran.
2. Konsep Akhlaq
Konsep akhlaq yang di tawarakan oleh Ibn Miskawaih lebih di dasarkan pada doktrik jalan tengah. Dengan pengertian bahwa jalan tengah adalah dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, atau posisi tengah diantara dua ekstrem. Akan tetapi Ibn Miskawaih lebih menitik beratkan pada posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ekstreem kekurangan masing-msing jiwa manusia. Dari keterangan diatas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa ibn Miskawaih lebih memberi tekanan pada pribadi.
Menurut Ibn Miskawaih, jiwa manusia di bagi menjadi tiga, yakni :
a. al-bahimiyyah, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat
b. al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak untung ruginya.
c. an-nathiqah. Yaitu kebijaksanaan.
Ibn Miskawaih menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua sisi yang ekstreem. Yang tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela.
Pada dasarnya untuk memahami pemikiran Ibn Miskawaih tentunya tidak bisa dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlaq. Berikut uraianya :
1. Konsep Manusia
Ibnu Maskawaih memandang bahwa manusia sebagai makhluq yang memiliki macam-macam daya. Yaitu :
a. Daya nafsu (Sebagai daya terendah yang berasal dari unsur materi)
b. Daya berani (Sebagai daya tengah yang juga berasal dari unsur materi )
c. Daya berpikir (Sebagai daya tertinggi yang berasal dari ruh Tuhan)
Dari beberapa pembagian tentang manusia tersebut, ibn Miskawaih mempunyai pandangan bahwa daya nafsu dan daya berani akan hacur bersama badan, akan tetapi daya berpikir tidak akan pernah mengalami kehancuran.
2. Konsep Akhlaq
Konsep akhlaq yang di tawarakan oleh Ibn Miskawaih lebih di dasarkan pada doktrik jalan tengah. Dengan pengertian bahwa jalan tengah adalah dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, atau posisi tengah diantara dua ekstrem. Akan tetapi Ibn Miskawaih lebih menitik beratkan pada posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ekstreem kekurangan masing-msing jiwa manusia. Dari keterangan diatas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa ibn Miskawaih lebih memberi tekanan pada pribadi.
Menurut Ibn Miskawaih, jiwa manusia di bagi menjadi tiga, yakni :
a. al-bahimiyyah, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat
b. al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak untung ruginya.
c. an-nathiqah. Yaitu kebijaksanaan.
Ibn Miskawaih menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua sisi yang ekstreem. Yang tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela.
KONSEP PENDIDIKAN IBNU TAIMIYAH
Pemikiran Ibn Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi kedalam pemikiranya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum dan hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Tentunya, pemikiran tersebut di bangun berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Semuanya itu secara signkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Falsafah Pendidikan
Menurut ibn Taimiyah bahwa menuntut ilmu itu merupakan ibadah dan memahaminya secara mendalam merupakan sikap ketakwaan kepada Allahdan mengkajinya merupakan jihad, mengajarkan kepada orang yang belum tau dan mendiskusikanya merupakan tasbih.
1.1. At-Tauhid
Menurut Ibn Taimiyah bahwa hal yang terpenting yang harus mendasarkan falsafah pendidikan adalah at-tauhid, yaitu menyatakan dua kelimah syahadah sebagai pangkal utama ajaran Islam.
Tauhid yang menjadi asas pendidikan itu menurut ibn taimiyah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Tauhid rububiyah
Meyakini bahwa Allah itu esa, yang menciptakan semua mahluq, mengatur dan membimbingnya.
b. Tauhid uluhiyyah
Meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya tuhan yang pantas disebut tuhan, di taati dan dipatuhi segala perintahnya serta menjauhi segala laranganya.
c. Asmma dan sifat
Meyakini bahwa segala yang berjalan dalam kenyataan di alam raya ini merupakan aturan Tuhan.
1.2. Tabi’at Insaniyah
Menurut ibn Taimiyah bahwa manusia dikaruniai tabi’at atau kecenderungan mengesakan tuhan sebagaimana terkandung dalam falsafah pendidikan.
2. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibn Taimiyah Tujuan pendidikan di bagi menjadi tigal hal, yaitu :
2.1. Tujuan Individual
Pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi muslim yang baik, yaitu seorang yang berfkir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintahkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2.2. Tujuan Sosial
Pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah
3. Kurikulum
Dalam hal ini kurikulum dalam arti mata pelajaran dapat dikemukakan melalui empat tahab, yaitu
3.1. Kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan tuhan
3.2. Kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secaara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah.
3.3. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan Allah
3.4. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbiuatan Allah
4. Metode Pengajaran
Menurut ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu metode ilmiyah dan metode iradiyah. Berikut uraianya
4.1. At-Thoriqoh al-islamiyah (metode ilmiyah)
Ibn Taimiyah menamai metode imiyah karena dengan metode itulah akan dijumpai pemikiran yang lurus dalam memahami dalil, argumen dan sebab-sebab yang menyampaikan pada ilmu.
4.2. At-Thoriqoh al-Iradah
Ibn Taimiyah menamai metode At-Thoriqoh al-Iradah karena metode ini yang menghantarkan seseorang pada pengamalan ilmu yang diajarkanya.
1. Falsafah Pendidikan
Menurut ibn Taimiyah bahwa menuntut ilmu itu merupakan ibadah dan memahaminya secara mendalam merupakan sikap ketakwaan kepada Allahdan mengkajinya merupakan jihad, mengajarkan kepada orang yang belum tau dan mendiskusikanya merupakan tasbih.
1.1. At-Tauhid
Menurut Ibn Taimiyah bahwa hal yang terpenting yang harus mendasarkan falsafah pendidikan adalah at-tauhid, yaitu menyatakan dua kelimah syahadah sebagai pangkal utama ajaran Islam.
Tauhid yang menjadi asas pendidikan itu menurut ibn taimiyah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Tauhid rububiyah
Meyakini bahwa Allah itu esa, yang menciptakan semua mahluq, mengatur dan membimbingnya.
b. Tauhid uluhiyyah
Meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya tuhan yang pantas disebut tuhan, di taati dan dipatuhi segala perintahnya serta menjauhi segala laranganya.
c. Asmma dan sifat
Meyakini bahwa segala yang berjalan dalam kenyataan di alam raya ini merupakan aturan Tuhan.
1.2. Tabi’at Insaniyah
Menurut ibn Taimiyah bahwa manusia dikaruniai tabi’at atau kecenderungan mengesakan tuhan sebagaimana terkandung dalam falsafah pendidikan.
2. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibn Taimiyah Tujuan pendidikan di bagi menjadi tigal hal, yaitu :
2.1. Tujuan Individual
Pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi muslim yang baik, yaitu seorang yang berfkir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintahkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2.2. Tujuan Sosial
Pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah
3. Kurikulum
Dalam hal ini kurikulum dalam arti mata pelajaran dapat dikemukakan melalui empat tahab, yaitu
3.1. Kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan tuhan
3.2. Kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secaara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah.
3.3. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan Allah
3.4. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbiuatan Allah
4. Metode Pengajaran
Menurut ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu metode ilmiyah dan metode iradiyah. Berikut uraianya
4.1. At-Thoriqoh al-islamiyah (metode ilmiyah)
Ibn Taimiyah menamai metode imiyah karena dengan metode itulah akan dijumpai pemikiran yang lurus dalam memahami dalil, argumen dan sebab-sebab yang menyampaikan pada ilmu.
4.2. At-Thoriqoh al-Iradah
Ibn Taimiyah menamai metode At-Thoriqoh al-Iradah karena metode ini yang menghantarkan seseorang pada pengamalan ilmu yang diajarkanya.
PENDIDIKAN ISLAM MELALUI BULETIN OLEH IREMA AL IKHLAS SINAR JAYA GALUGA
Kunjungi
http://alikhlas-sinarjaya.blogspot.com/
http://alikhlas-sinarjaya.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)